Rabu, 01 Juli 2009

Hormat Menghormati (lanjutan selamat jalan sahabat)

Disela-sela aktivitas keseharian yang penuh dengan kesibukan ini, saya berusaha menyempatkan diri untuk mengupdate blog dengan melanjutkan kunjungan Ta'ziyah ke Salatiga beberapa bulan yang lalu. Sebelumnya saya cukilkan sebuah kutipan Alkisah sebagai berikut…Di ujung sudut pasar Madinah Al Munawarah ada seorang pengemis Yahudi buta. Hari demi hari, apabila ada orang yang mendekatinya, dia selalu berkata, "wahai saudaraku jangan dekati Muhammad, dia itu pembohong, dia itu orang gila, dia itu tukang sihir, apabila kalian mendekatinya kalian akan dipengaruhinya".

Tetapi tanpa disadari oleh sang pengemis Yahudi buta, setiap paginya Rasulullah Muhammad SAW mendatanginya dengan membawa makanan, tanpa berkata sepatah kata pun.

Rasulullah SAW selalu menyuapi makanan yang dibawanya kepada pengemis itu, walaupun pengemis itu selalu berpesan agar tidak mendekati orang yang bernama Muhammad. Begitulah yang dilakukan oleh baginda Nabi pada setiap hari sehingga ajal datang menjemput kekasih Allah SWT itu.

Setelah wafatnya Rasulullah Muhammad SAW, tidak ada lagi orang yang membawakan makanan setiap pagi kepada pengemis Yahudi buta itu.

Suatu hari sahabat Abu Bakar r.a berkunjung ke rumah anaknya, Siti Aisyah r.a. Beliau bertanya kepada anaknya, "Wahai anakku, adakah sunnah kekasihku Muhammad yang belum aku kerjakan," ujar sang ayah.

Siti Aisyah r.a pun menjawab pertayaan ayahnya, “Wahai ayahanda, engkau adalah seorang ahli sunnah dan hampir tidak ada satu sunnah pun yang belum ayahanda lakukan kecuali satu sunnah saja".

"Apakah itu anakku?", tanya Abu Bakar r.a. Setiap pagi Rasulullah SAW selalu pergi ke ujung sudut pasar dengan membawakan makanan untuk seorang pengemis Yahudi buta yang berada di sana," kata Aisyah r.a.

Keesokan harinya, sahabat Abu Bakar r.a pun pergi ke pasar dengan membawa makanan untuk diberikannya kepada pengemis itu. Abu Bakar r.a mendatangi pengemis itu dan memberikan makanan itu kepadanya.

Ketika Abu Bakar r.a mulai menyuapinya, si pengemis itu marah sambil berteriak, "siapakah kamu?". Abu Bakar r.a menjawab, "aku orang yang biasa yang menyuapimu". "Bukan!, engkau bukan orang yang biasa mendatangiku," jawab si pengemis Yahudi buta itu. Apabila dia datang kepadaku tidak susah tangan ini memegang dan tidak susah mulut ini mengunyah.

Orang yang biasa mendatangiku itu selalu menyuapiku, tetapi terlebih dahulu dihaluskannya makanan tersebut dengan tangannya setelah itu baru dia berikan kepada aku dengan tangannya sendiri," ujar pengemis itu melanjutkan perkataannya.

Abu Bakar r.a tidak dapat menahan derai air matanya, dia menangis sambil berkata kepada pengemis itu, “aku memang bukan orang yang biasa datang padamu” tegasnya. Aku adalah salah seorang daripada sahabatnya, orang yang mulia itu telah tiada lagi. Ia adalah Muhammad Rasulullah SAW.

Setelah pengemis itu mendengar cerita Abu Bakar r.a, sang pengemis Yahudi buta pun menangis, lalu berkata, benarkah demikian?, selama ini aku selalu menghinanya, memfitnahnya, dan dia tidak pernah memarahiku sedikitpun, malah dia mendatangiku dengan membawa makanan setiap pagi. Oh tuhanku, dia begitu mulia....

Pengemis Yahudi buta tersebut akhirnya mengucapkan syahadat dihadapan Abu Bakar r.a. dan menyatakan keislamannya.

Apa yang bisa ditarik kesimpulan dari alkisah diatas? silahkan disimpulkan masing-masing. Saya hanya ingin menyampaikan bahwa hormat menghormati dengan orang yang beda agama mutlak diperlukan, cara terbaik agar orang lain mau menghormati kita adalah kita mau menghormati orang tersebut walau dia berbeda agama dengan penuh kasih sayang, keramahtamahan dan sikap yang terpuji. Sikap hormat menghormati ini saya rasakan ketika saya ikut Ta'ziyah (tidak tahu kalau agama lain istilahnya apa) di sebuah Kecamatan di Kabupaten Salatiga Jawa Tengah. Ketika kami datang mengiringi ambulance yang membawa jenazah pada jam 13.30 WIB dini hari, warga sekitar yang sudah menunggu kedatangan kami menyambut baik dengan senyum hangat ( maklum cuaca yang cukup dingin) dan salam keakraban.

Keesokan paginya udara dingin yang menyelimuti seluruh tubuh, membuat kami sungkan menuju masjid untuk sholat Shubuh berjama'ah. Hingga akhirnya bisa menyingkirkan rasa sungkan tersebut dengan keyakinan niat walau jarak masjid yang ditempuh lumayan jauh. Dalam kedinginan pagi setelah sholat Shubuh kami mencoba menusuri jalan-jalan kearah yang lebih tinggi, diantara rekan kami mencoba action di depan kamera yang sengaja dijepretkan kearah panorama pemandangan gunung yang indah di pagi hari.

Sekitar jam 08.30 WIB sudah mulai berdatangan warga-warga sekitar di rumah duka untuk melayat. Bagi yang beragama Nasrani masuk kedalam ruangan disekitar peti jenazah untuk acara kebaktian, sedangkan yang beragama Islam menduduki Kursi diluar ruangan yang sudah disediakan tuan rumah.

Acara yang dimulai pukul 10.00 WIB dimulai dengan salam pembuka oleh mc dan nyanyian pujian-pujian, saya sendiri tidak terlalu mengikuti jalannya acara karena asyik menjepret-jepretkan kamera kearah para pelayat yang hadir hingga berakhirnya acara penguburan di Tempat Pemakamam Umum yang lokasinya sangat jauh. Selesai acara pemakaman kami bergegas dan berbenah untuk kembali ke Banten, sebelum berpamitan dengan tuan rumah terlebih dahulu ada penyampaian sepatah kalimat dari perwakilan kami kepada keluarga yang ditinggalkan. (tamat)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar